Selasa, 27 Desember 2016

Filsafat Islam Masa Kini

Berbicara mengenai bagaimana perkembangan filsafat Islam sejak awal kemunculannya, hingga saat ini membutuhkan ruang yang panjang. Karena itu, tak mungkin menjelaskan secara detail persoalan ini dalam satu artikel singkat.

Jika dilihat sejauh mana filsafat Islam saat ini mampu memberikan sumbangsih yang signifikan dalam ranah wacana kemanusiaan, baik itu bidang sosiologi, psikologi, etika, dan bidang-bidang humaniora lainnya. Maka hal ini dapat sekaligus memberikan gambaran sepintas tentang perkembangan filsafat Islam saat ini.

Sepintas, jika diamati dari beberapa pusat penelitian filsafat, terlihat tema-tema pembahasan dan arah penelitiannya telah dikembangkan jauh lebih pesat dari sebelumnya. Penelitiannya tidak hanya fokus dalam ontologi saja, seperti wujud, kebangkitan, kenabian, dan persoalan-persoalan lainnya yang mudah ditemukan dalam diskursus teologi. Penelitiannya juga telah menjamah ranah filsafat sosial yang nantinya dapat menjadi pondasi dalam membangun peradaban Islam. Sebab itu tidak heran jika ada yang disebut dengan Post-Sadrian dan juga Neo-Sadrian dalam berbagai variannya.

Filsafat Islam selalu berusaha membangun filsafatnya dengan sebuah pondasi, dan melalui pondasi tersebut beragam persoalan filsafat lainnya dijelaskan. Misalnya, filsafat Islam selalu menjadikan persoalan wujud sebagai poros pembahasan filsafat, setelah bangunan wujud dibangun secara kokoh, persoalan filsafat lainnya dijelaskan dengan pondasi wujud tersebut. Sebab itu persoalan ketuhanan, kosmologi, dan moral dapat dijelaskan dengan baik setelah membangun pondasinya yaitu filsafat wujud.

Dasar pemikiran dari filsafat ini masih merupakan lanjutan dari filsafat sebelumnya, yakni filsafat Sadra. Namun meski demikian, filsafat Sadra saat ini telah mengalami perkembangan yang begitu pesat oleh Sadrian sehingga memberikan istilah baru seperti Neo-Sadrian atau Post-Sadrian. Neo-Sadrian ini dibangun oleh Muhammad Husein Thabataba’i melalui Karyanya Prinsip-Prinsip Filsafat dan metode Realisme. Meski demikian, terlihat ada filsuf lain yang mencoba membangun pondasi baru seperti filsafat semiotika baru.

Jika ditanya, bagaimana hubungan filsafat tersebut dengan realitas hari ini? Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, bahwa tantangan utama filsafat Islam adalah bagaimana menerjemahkan filsafat wujud dalam meneropong realitas hari ini terutama dalam memecahkan problem kekinian. Kita cukup optimis, bahwa kedepan filsafat Islam akan menemukan posisinya yang jelas dalam menjawab problem sosial. Sebagian usaha itu sudah ada hasilnya, misalnya kita dengan mudah menemukan jurnal filsafat yang mencoba menjawab tantangan problem wacana sosial. Maskipun pada sebagian tempat yang lain belum telihat secara maksimal. Misalnya filsafat ekonomi Islam sudah menemukan titik terangnya meskipun masih dibutuhkan usaha keras dalam menjelaskannya lebih jauh. Begitu juga dengan filsafat sosiologi dan khususnya filsafat moral.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar