Senin, 26 Desember 2016

Objek kajian filsafat

 
Isi filsafat ditentukan oleh objek apa yang dipikirkan. Objek yang dipikirkan oleh filsafat ialah segala yang ada dan mungkin ada. ”Objek filsafat itu bukan main luasnya”, tulis Louis Katt Soff, yaitumeliouti segala pengetahuan manusia serta segala sesuatu yang ingin diketahui manusia. Oleh karena itu manusia memiliki pikiran atau akal yang aktif, maka manusia sesuai dengan tabiatnya, cenderung untuk mengetahui segala sesuatu yang ada dan mungkin ada menurut akal piirannya. Jadi objek filsafat ialah mencari keterangan sedalam-dalamnya.
Para ahli menerangkan bahwa objek filsafat itu dibedakan menjadi dua, yaitu objek material dan forma. Objek material ini banyak yang sama dengan objek material sains. Sains memiliki objek material yang empiris. Filsafat menyelidiki onjek filsafat itu juga tetapi bukan bagian yang empiris melainkan bagian yang abstrak. Sedang objek forma filsafat tiada lain ialah mencari keterangan yang sedalam-dalamnya tentang objek materi filsafat (yakni segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada).
Dari uraian yang tertera diatas, maka jelaslah bahwa:
1.      Objek materia filsafat ialah sarwa-yang-ada yang pada garis besarnya dapat dibagi atas tiga persoalan pokok, yakni:
a.       Hakekat Tuhan
b.      Hakekat Alam, dan
c.       Hakekat Manusia.
2.      Objek forma filsafat ialah usaha mencari keterangan secara radikal (sedalam-dalamnya sampai ke akhirya) tentang objek materi filsafat (sarwa-yang-ada).
  Penyelidikan dan Pembagian Filsafat Menurut Objeknya
Dalam buku Filsafat Agama: Titik Temu Akal dengan Wahyu karangan Dr. H. Hamzah Ya’qub dikatakan bahwa objek filsafat ialah mencari keterangan sedalam-dalamnya. Di sinilah diketahui bahwa sesuatu yang ada atau yang berwujud inilah yang menjadi penyelidikan dan menjadi pembagian filsafat menurut objeknya ialah:
a.      Ada Umum
Adalah menyelidiki apa yang ditinjau secara umum. Dalam realitanya terdapat bermacam-macam yang kesemuanya mungkin adanya. Dalam bahasa Erops, Ada Umum ini disebut “Ontologia” yang berasal dari kata Yunani “Onontos” yang berarti ada dan dalam bahasa arab sering menggunakan Untulugia dan ilmu kainat.
b.      Ada Mutlak
Adalah sesuatu yang secara mutlak yakni zat yang wajib adanya, tidak tergantung kepada apa dan siapapun juga. Adanya tidak berpermulaan dan tidak berpenghabisan dan harus terus ada, karena adanya dengan pasti. Ia merupakan asal segala sesuatu. Ini disebut Tuhan. Dalam bahasa Yunani disebut “Theodicea” dan dalam bahasa arab “Ilah atau Allah.
c.       Comologia
Yaitu filsafat yang mencari hakikat alam, dipelajari apakah sebenarnya alam dan bagaimanakah hubungannya dengan Ada Mutlak. Cosmologia ini ialah filsafat alam yang menerangkan bahwa adanya alam adalah tidak mutlak, alam dan isinya adanya itu karena dimungkinkan Allah. Ada tidak mutlak, mungkin ada dan mungkin lenyap sewaktu-waktu pada suatu masa.
d.      Antropologia
Antropolgia (Filsafat Manusia), karena manusia termasuk ada yang tidak mutlak, maka juga menjadi objek pembahasan. Apakah manusia itu sebenarnya, apakah kemampuan-kemampuannya dan apakah pendorong tindakannya. Semua ini diselidiki dan dibahas dalam Antropolgia.
e.       Etika
Adalah filsafat yang menyelidiki tingkah laku manusia. Betapakah tingkah laku manusia yang dipandang baik dan buruk serta tingkah laku manusia mana yang membedakannya dengan lain-lain makhluk.
f.       Logika
Logika ialah filsafat akal budi dan biasanya juga disebut mantiq. Akal budi adalah yang terpenting dalam penyelidikan manusia untuk mengetahui kebenaran. Tanpa kepastian tentang logika, maka semua penyelidikan tidak mempunyai kekuatan dasar. Tegasnya tanpa akal budi maka tidak akan ada penyelidikan. Oleh karena itu, dipersoalkan apakah manusia mempunyai akal budi dan dapatkah akal budi itu mencari kebenaran. Dengan segera timbul pula soal, apakah kebenaran itu dan sampai dimanakah kebenaran dapat ditangkap oleh akal budi manusia. Maka penyelidikan akal budi itu disebut Filsafat Akal Budi atau Logika. Penyelidikan bahan dan aturan brpikir disebut ilogica minor, adapun yang menyelidiki isi berpikir disebut logica mayor. filsafat akal budi ini disebut Epistimologi dan ada pula yang menyebut Critia, sebab akal yang menyelidiki akal.
  Seperti ilmu pengetahuan lainnya, filsafat juga mempunyai objek kajian yang meliputi objek materi dan objek formal. Dalam kaitan ini, Louis O. Kattsoff menulis bahwa : “Lapangan kerja filsafat itu bukan main luasnya, yaitu meliputi segala pengetahuan manusia serta segala sesuatu apa saja yang ingin diketahui manusia”.
Sedangkan, A.C.Ewing mengatakan : “pertanyaan – pertanyaan pokok filsafat adalah Truth (kenenaran), Matter (materi), Mind (budi), the Rlation of Matter and Mind (hubungan materi dan budi), Space and Time (ruang dan waktu), Cause (sebab), Freedom (kemerdekaan), Monism versus Pluralism (monisme melawan pluralisme) dan God (Tuhan).
Sementara M.J. Langeveld menyatakan : “Bahwa hakikat filsafat itu berpangkal pada pemikiran keseluruhan segala sesuatu (sarwa) yang ada secara radikal dan menuru sistem.”
Objek Materi dan Objek Formal ilsafat :
Objek Materi Filsafat, yaitu hal atau bahan yang didelidiki (hal yang dijadikan sasaran penyelidikan). Atau segala sesuatu yang ada. “ada” di sini mempunyai tiga pengertian, yaitu ada dalam kenyataan, pikiran dan kemungkinan.

Objek Formal Filsafat yaitu sudut pandang (point of view), dari mana hal atau bahan tersebut dipandang. Objek Formal filsafat adalah menyeluruh secara umum. Menyeluruh di sini berarti bahwa filsafat dalam memandangnya dapat mencapai hakikat (mendalam), atau tidak ada satupun yang ebrada di luar jangkauan pembahasan filsafat.
Objek formalnya adalah metode untuk memahami objek materil tersebut, seperti pendekatan induktif dan deduktif. Pengertian lain menyebutkan bahwa Objek Formal Filsafat adalah usaha mencari keterangan secara radikal (sedalam – dalam sampai ke akar – akarnya) tentang objek materi filsafat.
Menurut Ir. Poedjawijatna, objek materi filsafat adalah ada dan mungkin ada. Objek materi tersebut sama dengan objek materi dari ilmu seluruhnya. Objek material filsafat adalah segala yang ada, baik mencakup ada yang tampak dan ada yang tidak tampak. Yang tampak adalh empriris sedangkan yang tidak tampak adalah alam metafisika. Sebagian filosof membagi objek material filsafat menjadi tiga bagian, yaitu yang ada dalam alam empiris, yang ada dalam alam pikiran dan yang ada dalam kemungkinan. Yang menentukan perbedaan ilmu yang satu dengan yang lainnya adalah objek formalnya, sehingga kalau ilmu membatasi diri dan berdasarkan pengalaman, sedangkan filsafat tidak membatasi diri, filsafat hendak mencari keterangan yang sedalam – dalamnya, inilah objek formal filsafat.

Dalam perspektif ini dapat diuraikan bahwa ilmu filsafat pada prinsipnya memiliki 2 objek substansif dan 2 objek instrumentatif, yaitu :
  1. Objek Substantif yang terdiri dari 2 hal
a)      Kenyataan
Fakta (kenyataan) yaitu empiri yang dapat dihayati oleh manusia. Dalam memahami fakta ini ada beberapa aliran filsafat yang memberikan pengertian yang berbeda – beda, diantaranya yaitu positivme (hanya mengakui pengayatan yang empirik dan sensual. Sesuatu sebagai fakta apabila ada korespondensi antara sensual satu dengan yang lainnya. Data empiriksensual tersebut harus objektif tidak boleh masuk subjektifitas peneliti. Fakta itu yang faktual ada phenomenologi. Fakta buka sekedar data empirik sensual tetapi data yang sudah dimaknai sehingga ada subjektifitas peneliti tetapi, subjektifitas peneliti disini tidak berarti sesuai selera peneliti.subjektif dalam arti tetap selektif sejak dari pengumpulan data, analisis data sampai kesimpulan.data selektifnya disa berupa ide moral dan lain-lain.orang yang mengamati terkait langsung pada konsep-konsep yang dimiliki.
b)      Kebenaran
Positivisme, benar substantif yang menjadi identik dengan benar sesuai dengan empiri sensual. Kebenaran positivistik didasarkan pada ditemukan frekwensi tinggi atau fariansi yang besar. Bagi positivisme sesuatu itu benar apabila ada korespondwnsi antara fakta yang satu dengan fakta yang phenominology. Kebenaran dibuktikan berdasarkan pada oenemuan yang esensial yang dipilih dari non esensial atau esksemplar dan sesuai dengan skema tertentu. Secara dikenal 2 teori kebenaran, yaitu kebenaran korespondensi dan teori kebenaran koherensi. Bagi phenominology fenomena baru dapat dinyatakan benar setelah diuji kebenarannya dengan yang dipercaya. Realisme methafisik ia mengakui kebenaran bila yang faktual itu koheren dengan kebenaran objektif universal. Realisme sesuatu yang benar apabila didukung teori dan ada faktanya. Realisme baru menutut adanya konstruk teori (yang disusun deduktif probabilisti) dan adanya empiri terkonstruk pula. Islam sesuatu itu benar apabila yang empirik faktual yang koheren dengan kebenaran transeden berupa wahyu. Pregamatisme mengakui kebenaran apabila faktual berfungsi. Rumusan substantif tentang kebenaran ada beberapa teori, menurut Michael Williams ada 5 teori kebenaran yaitu:
– Kebenaran Preposisi yaitu teori kebenaran yang didasarkan pada kebenaran preposisinya baik preposisi formal maupun preposisi materialnya.
– Kebenaran Koherensi atau Konsistensi yaitu teori kebenaran yang mendasarkan suatu kebenaran pada adanya kesesuaian suau pernyataan denag pernyataan-pernyataan yang lainnya yang sudah lebih dahulu diketahui, diterima dan diakui kebenarannya.
– Kebenaran Performatif yaitu teori kenbenran yang mengakui bahwa sesuati itu dianggap benar apabila dapat diaktualisasikan dalam tindakan.-Kebenaran Praqmatik yaitu toeri kebenaran yang mengakui bahwa sesuatu itu benar apabila mempunyai kegunaan praktif. Dengan kata lain sesuatu itu dianggap benar apabila mendatangkan manfaat dan salah apabila tidak mendatangkan manfaat.
  1. Obyek Instrumentatif yang terdiri dari dua hal:
a. Konfirmasi

Fungsi ilmu adalah untuk menjelaskan, memprediksi proses dan produk yang akan datang atau memberikan pemaknaan. Pemaknaan tersebut dapat ditampilkan sebagai konfirmasi absolut denga menggunakan landasan : asumsi, postulat atau axioma yang sudah dipastikan benar. Pemaknaan juga dapat ditampilkan sebagai konfirmasi probabilistik dengsn mengggunakan metode induktif, deduktif, reflektif.
Pemaknaan juga dapat ditmpilkan sebagai konfirmasi probabilistik dengan menggunakan metode induktif, deduktif, reflektif. Dalam ontologi dikenal pembuktian apriori dan aposteriori. Untuk memastikan kebenaran penjelasan atau kebenaran perdiksi para ahli mendasarkan pada dua aspek : (1) Aspek Kuantitatif (2) Aspek Kualitatif. Dalam hal konfirmasi.sampai saat ini dikenal ada tiga teori konfirmasi, yaitu:
  • Decision Theory: menerapkan kepastian berdasar keputusan apakah hubungan antara hipotesis dengan evidensi memang memiliki manfaat aktual.
  • Estimation Thory: menetapkan kepastian dengan memberi peluang benar atau salah dengan menggunakan konsep probabilitas.
  • Reliability Analysis: menetapkan kepastian dengan mencermati stabilitas evidensi (yang mungkin berubah-ubah karena kondisi atau karena hal lain) terhadap hepotesis.
  Logika inferensi
Study logika adalah study tentang tipe-tipe tata pikir. Pada mulanya liogika dibangun oleh Aristoteles (384-322 SM) dengan menegetengahkan tiga prinsip atau hukum pemikiran, yaitu: Prinsipium Identitatis (Qanun Dzatiyah), Principium Countradictionis (Qanun Ghairiyah) dan Principium Exclutii Tertii (Qanun Imtina’). Logoka ini sering juga disebut dengan logika inferensi karena konstribusi utama logika Aristoteles tersebut adalah untuk membuat dan menguji inferensi. Dalam perkembangan selanjutnya Logika Aristoteles juga sering disebut dengan logika tradisional. Dalam hubungan ini Harold H. Titus menerapkan ilmu pengetahuan mengisi filsafat dengan sejumlah besar materi aktual dan deskriptif yang sangat perlu dalam pembinaan suatu filsafat. Banyak ilmuan yang juga filusuf. Para filosof terlatih dalam metode ilmiah dan sering pula menyntut minat khusus dalam beberapa disiplin ilmu.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar