Isi filsafat ditentukan oleh objek apa
yang dipikirkan. Objek yang dipikirkan oleh filsafat ialah segala yang ada dan
mungkin ada. ”Objek filsafat itu bukan main luasnya”, tulis Louis Katt Soff,
yaitumeliouti segala pengetahuan manusia serta segala sesuatu yang ingin
diketahui manusia. Oleh karena itu manusia memiliki pikiran atau akal yang
aktif, maka manusia sesuai dengan tabiatnya, cenderung untuk mengetahui segala
sesuatu yang ada dan mungkin ada menurut akal piirannya. Jadi objek filsafat ialah
mencari keterangan sedalam-dalamnya.
Para ahli menerangkan bahwa objek filsafat itu
dibedakan menjadi dua, yaitu objek material dan forma. Objek material ini
banyak yang sama dengan objek material sains. Sains memiliki objek material
yang empiris. Filsafat menyelidiki onjek filsafat itu juga tetapi bukan bagian
yang empiris melainkan bagian yang abstrak. Sedang objek forma filsafat tiada
lain ialah mencari keterangan yang sedalam-dalamnya tentang objek materi
filsafat (yakni segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada).
Dari uraian yang tertera diatas,
maka jelaslah bahwa:
1. Objek
materia filsafat ialah sarwa-yang-ada yang pada garis besarnya dapat dibagi atas tiga
persoalan pokok, yakni:
a. Hakekat Tuhan
b. Hakekat Alam, dan
c. Hakekat Manusia.
2. Objek
forma filsafat ialah usaha mencari keterangan
secara radikal (sedalam-dalamnya
sampai ke akhirya) tentang objek materi filsafat (sarwa-yang-ada).
Penyelidikan dan Pembagian
Filsafat Menurut Objeknya
Dalam buku Filsafat Agama: Titik Temu Akal dengan Wahyu karangan Dr. H. Hamzah
Ya’qub dikatakan bahwa objek filsafat ialah mencari keterangan sedalam-dalamnya.
Di sinilah diketahui bahwa sesuatu yang ada atau yang berwujud inilah yang
menjadi penyelidikan dan menjadi pembagian filsafat menurut objeknya ialah:
a.
Ada Umum
Adalah menyelidiki apa yang
ditinjau secara umum. Dalam realitanya terdapat bermacam-macam yang kesemuanya
mungkin adanya. Dalam bahasa Erops, Ada Umum ini disebut “Ontologia” yang berasal dari kata Yunani “Onontos” yang berarti ada dan dalam bahasa arab sering menggunakan
Untulugia dan ilmu kainat.
b.
Ada Mutlak
Adalah sesuatu yang secara mutlak
yakni zat yang wajib adanya, tidak tergantung kepada apa dan siapapun juga.
Adanya tidak berpermulaan dan tidak berpenghabisan dan harus terus ada, karena
adanya dengan pasti. Ia merupakan asal segala sesuatu. Ini disebut Tuhan. Dalam
bahasa Yunani disebut “Theodicea” dan
dalam bahasa arab “Ilah atau Allah.
c.
Comologia
Yaitu filsafat yang mencari hakikat
alam, dipelajari apakah sebenarnya alam dan bagaimanakah hubungannya dengan Ada
Mutlak. Cosmologia ini ialah filsafat
alam yang menerangkan bahwa adanya alam adalah tidak mutlak, alam dan isinya
adanya itu karena dimungkinkan Allah. Ada
tidak mutlak, mungkin ada dan mungkin lenyap sewaktu-waktu pada suatu masa.
d.
Antropologia
Antropolgia (Filsafat Manusia),
karena manusia termasuk ada yang tidak mutlak, maka juga menjadi objek
pembahasan. Apakah manusia itu sebenarnya, apakah kemampuan-kemampuannya dan
apakah pendorong tindakannya. Semua ini diselidiki dan dibahas dalam Antropolgia.
e.
Etika
Adalah filsafat yang menyelidiki
tingkah laku manusia. Betapakah tingkah laku manusia yang dipandang baik dan
buruk serta tingkah laku manusia mana yang membedakannya dengan lain-lain
makhluk.
f.
Logika
Logika ialah filsafat akal budi dan biasanya juga
disebut mantiq. Akal budi adalah yang
terpenting dalam penyelidikan manusia untuk mengetahui kebenaran. Tanpa
kepastian tentang logika, maka semua penyelidikan tidak mempunyai kekuatan
dasar. Tegasnya tanpa akal budi maka tidak akan ada penyelidikan. Oleh karena
itu, dipersoalkan apakah manusia mempunyai akal budi dan dapatkah akal budi itu
mencari kebenaran. Dengan segera timbul pula soal, apakah kebenaran itu dan
sampai dimanakah kebenaran dapat ditangkap oleh akal budi manusia. Maka
penyelidikan akal budi itu disebut Filsafat
Akal Budi atau Logika.
Penyelidikan bahan dan aturan brpikir disebut ilogica minor, adapun yang menyelidiki isi berpikir disebut logica mayor. filsafat akal budi ini disebut Epistimologi dan ada
pula yang menyebut Critia, sebab akal
yang menyelidiki akal.
Seperti ilmu pengetahuan lainnya, filsafat juga mempunyai objek
kajian yang meliputi objek materi dan objek formal. Dalam kaitan ini,
Louis O. Kattsoff menulis bahwa : “Lapangan kerja filsafat itu bukan
main luasnya, yaitu meliputi segala pengetahuan manusia serta segala
sesuatu apa saja yang ingin diketahui manusia”.
Sedangkan, A.C.Ewing mengatakan : “pertanyaan – pertanyaan pokok filsafat adalah Truth (kenenaran), Matter (materi),
Mind (budi), the Rlation of Matter and Mind (hubungan materi dan budi),
Space and Time (ruang dan waktu), Cause (sebab), Freedom (kemerdekaan),
Monism versus Pluralism (monisme melawan pluralisme) dan God (Tuhan).
Sementara M.J. Langeveld menyatakan : “Bahwa hakikat filsafat itu berpangkal pada pemikiran keseluruhan segala sesuatu (sarwa) yang ada secara radikal dan menuru sistem.”
Objek Materi dan Objek Formal ilsafat :
Objek Materi Filsafat, yaitu hal atau bahan yang didelidiki (hal yang
dijadikan sasaran penyelidikan). Atau segala sesuatu yang ada. “ada” di
sini mempunyai tiga pengertian, yaitu ada dalam kenyataan, pikiran dan
kemungkinan.
Objek Formal Filsafat yaitu sudut pandang (point of view), dari mana
hal atau bahan tersebut dipandang. Objek Formal filsafat adalah
menyeluruh secara umum. Menyeluruh di sini berarti bahwa filsafat dalam
memandangnya dapat mencapai hakikat (mendalam), atau tidak ada satupun
yang ebrada di luar jangkauan pembahasan filsafat.
Objek formalnya adalah metode untuk memahami objek materil tersebut,
seperti pendekatan induktif dan deduktif. Pengertian lain menyebutkan
bahwa Objek Formal Filsafat adalah usaha mencari keterangan secara
radikal (sedalam – dalam sampai ke akar – akarnya) tentang objek materi
filsafat.
Menurut Ir. Poedjawijatna, objek materi filsafat adalah ada dan
mungkin ada. Objek materi tersebut sama dengan objek materi dari ilmu
seluruhnya. Objek material filsafat adalah segala yang ada, baik
mencakup ada yang tampak dan ada yang tidak tampak. Yang tampak adalh
empriris sedangkan yang tidak tampak adalah alam metafisika. Sebagian
filosof membagi objek material filsafat menjadi tiga bagian, yaitu yang
ada dalam alam empiris, yang ada dalam alam pikiran dan yang ada dalam
kemungkinan. Yang menentukan perbedaan ilmu yang satu dengan yang
lainnya adalah objek formalnya, sehingga kalau ilmu membatasi diri dan
berdasarkan pengalaman, sedangkan filsafat tidak membatasi diri,
filsafat hendak mencari keterangan yang sedalam – dalamnya, inilah objek
formal filsafat.
Dalam perspektif ini dapat diuraikan bahwa ilmu filsafat pada
prinsipnya memiliki 2 objek substansif dan 2 objek instrumentatif, yaitu
:
- Objek Substantif yang terdiri dari 2 hal
a) Kenyataan
Fakta (kenyataan) yaitu empiri yang dapat dihayati oleh manusia.
Dalam memahami fakta ini ada beberapa aliran filsafat yang memberikan
pengertian yang berbeda – beda, diantaranya yaitu positivme (hanya
mengakui pengayatan yang empirik dan sensual. Sesuatu sebagai fakta
apabila ada korespondensi antara sensual satu dengan yang lainnya. Data
empiriksensual tersebut harus objektif tidak boleh masuk subjektifitas
peneliti. Fakta itu yang faktual ada phenomenologi. Fakta buka sekedar
data empirik sensual tetapi data yang sudah dimaknai sehingga ada
subjektifitas peneliti tetapi, subjektifitas peneliti disini tidak
berarti sesuai selera peneliti.subjektif dalam arti tetap selektif sejak
dari pengumpulan data, analisis data sampai kesimpulan.data selektifnya disa berupa ide moral dan lain-lain.orang yang mengamati terkait langsung pada konsep-konsep yang dimiliki.
b) Kebenaran
Positivisme, benar substantif yang menjadi identik dengan benar
sesuai dengan empiri sensual. Kebenaran positivistik didasarkan pada
ditemukan frekwensi tinggi atau fariansi yang besar. Bagi positivisme
sesuatu itu benar apabila ada korespondwnsi antara fakta yang satu
dengan fakta yang phenominology. Kebenaran dibuktikan berdasarkan pada
oenemuan yang esensial yang dipilih dari non esensial atau esksemplar
dan sesuai dengan skema tertentu. Secara dikenal 2 teori kebenaran,
yaitu kebenaran korespondensi dan teori kebenaran koherensi. Bagi
phenominology fenomena baru dapat dinyatakan benar setelah diuji
kebenarannya dengan yang dipercaya. Realisme methafisik ia mengakui
kebenaran bila yang faktual itu koheren dengan kebenaran objektif
universal. Realisme sesuatu yang benar apabila didukung teori dan ada
faktanya. Realisme baru menutut adanya konstruk teori (yang disusun
deduktif probabilisti) dan adanya empiri terkonstruk pula. Islam sesuatu
itu benar apabila yang empirik faktual yang koheren dengan kebenaran
transeden berupa wahyu. Pregamatisme mengakui kebenaran apabila faktual
berfungsi. Rumusan substantif tentang kebenaran ada beberapa teori,
menurut Michael Williams ada 5 teori kebenaran yaitu:
– Kebenaran Preposisi yaitu teori kebenaran yang didasarkan pada
kebenaran preposisinya baik preposisi formal maupun preposisi
materialnya.
– Kebenaran Koherensi atau Konsistensi yaitu teori kebenaran yang
mendasarkan suatu kebenaran pada adanya kesesuaian suau pernyataan denag
pernyataan-pernyataan yang lainnya yang sudah lebih dahulu diketahui,
diterima dan diakui kebenarannya.
– Kebenaran Performatif yaitu teori kenbenran yang mengakui bahwa
sesuati itu dianggap benar apabila dapat diaktualisasikan dalam
tindakan.-Kebenaran Praqmatik yaitu toeri kebenaran yang mengakui bahwa
sesuatu itu benar apabila mempunyai kegunaan praktif. Dengan kata lain
sesuatu itu dianggap benar apabila mendatangkan manfaat dan salah
apabila tidak mendatangkan manfaat.
- Obyek Instrumentatif yang terdiri dari dua hal:
a. Konfirmasi
Fungsi ilmu adalah untuk menjelaskan, memprediksi proses dan produk
yang akan datang atau memberikan pemaknaan. Pemaknaan tersebut dapat
ditampilkan sebagai konfirmasi absolut denga menggunakan landasan :
asumsi, postulat atau axioma yang sudah dipastikan benar. Pemaknaan juga
dapat ditampilkan sebagai konfirmasi probabilistik dengsn mengggunakan
metode induktif, deduktif, reflektif.
Pemaknaan juga dapat ditmpilkan sebagai konfirmasi probabilistik
dengan menggunakan metode induktif, deduktif, reflektif. Dalam ontologi
dikenal pembuktian apriori dan aposteriori. Untuk memastikan kebenaran
penjelasan atau kebenaran perdiksi para ahli mendasarkan pada dua aspek :
(1) Aspek Kuantitatif (2) Aspek Kualitatif. Dalam hal konfirmasi.sampai
saat ini dikenal ada tiga teori konfirmasi, yaitu:
- Decision Theory: menerapkan kepastian berdasar keputusan apakah hubungan antara hipotesis dengan evidensi memang memiliki manfaat aktual.
- Estimation Thory: menetapkan kepastian dengan memberi peluang benar atau salah dengan menggunakan konsep probabilitas.
- Reliability Analysis: menetapkan kepastian dengan mencermati stabilitas evidensi (yang mungkin berubah-ubah karena kondisi atau karena hal lain) terhadap hepotesis.
Logika inferensi
Study logika adalah study tentang tipe-tipe tata pikir. Pada mulanya
liogika dibangun oleh Aristoteles (384-322 SM) dengan menegetengahkan
tiga prinsip atau hukum pemikiran, yaitu: Prinsipium Identitatis (Qanun
Dzatiyah), Principium Countradictionis (Qanun Ghairiyah) dan Principium
Exclutii Tertii (Qanun Imtina’). Logoka ini sering juga disebut dengan
logika inferensi karena konstribusi utama logika Aristoteles tersebut
adalah untuk membuat dan menguji inferensi. Dalam perkembangan
selanjutnya Logika Aristoteles juga sering disebut dengan logika
tradisional. Dalam hubungan ini Harold H. Titus menerapkan ilmu
pengetahuan mengisi filsafat dengan sejumlah besar materi aktual dan
deskriptif yang sangat perlu dalam pembinaan suatu filsafat. Banyak
ilmuan yang juga filusuf. Para filosof terlatih dalam metode ilmiah dan
sering pula menyntut minat khusus dalam beberapa disiplin ilmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar