Selasa, 27 Desember 2016

skala singkat tentang penjarahan Prabu Dalem Wong Sagati

Penjarahan prabu dalem wong sagati dapat ditempuh dari terminal  Lama Rangkas  Naik angkot biru dengan jurusan Pasar Sajira  yang memang merupakan tujuan terakhir setiap angkot  yang menuju ke  sana. Jadi, tak perlu takut terlewat.
Perjalanan menuju Sajira ditempuh dengan waktu hampir satu jam, tak perlu riskan dantakut merasa bosan di dalam angkot sajira ini  karena suasana dalam angkot menuju Sajira berbeda sekali dengan suasana dalam angkot-angkot yang ada di Kota Serang. Para penumpang angkot menuju Sajira mudah sekali menjalin keakraban meski sesama peumpang belum saling mengenal sebelumnya. Mereka, yang sebagian besar memang penduduk asli Sajira begitu ringan bertegur sapa, juga mengajak dan melibatkan kawan seperjalanan dalam percakapan mereka. Tak heran gelak tawapun sering terdengar antara penumpang ketika angkot asyik meluncur di atas jalanan menuju Sajira yang bebas dari kemacetan. Pemandangan hijau yang terhampar di sisi kiri dan kanan jalan juga  cukup membuai, membuat anda  tak lagi merasa perlu khawatir dengan cuaca panas menyengat di luar angkot.
Kampung Seribu  Makam
“Kampung seribu makam,” itulah celoteh para pengunjung yang memang sebagian besar datang untuk berziarah ke tempat ini.
Sebelum menuju ke makam Prabu Dalem Wong Sagati, kita juga bisa singgah sebentar ke areal pemakaman Prabu Dalem Hadi.
Menurut Mang Ablang salah satu warga setempat yang juga berjualan di area pemakaman tersebut, yang sudah berjualan selama kurang lebih 18 tahun di areal situs ziarah tersebut, jika ditilik dari silsilahnya, Prabu Dalem Hadi dan Prabu Dalem Wong Sagati masih ada kaitannya dengan Prabu Siliwangi dan Prabu Kian Santang. Kedua Prabu tersebut jugalah yang dipercaya sebagai penyebar agama Islam di daerah Sajira.
Menurut Mang Ablang, tidak ada sejarah atau cerita yang bisa menggambarkan secara pasti mengenai silsilah Prabu Dalem Hadi dan Prabu Dalem Wong Sagati. “Kalau Neng tanya ke orang yang ada di Sajira, Neng nggak akan mendapat cerita dengan versi yang sama. Pasti versinya beda-beda,” terangnya.
Meski mengaku tak mengetahui banyak hal mengenai silsilah Prabu Dalem Hadi dan Prabu Dalem Sagati, Mang Ablang tampak senang menjawab beberapa pertanyaan saya seputar sejarah kedua makam tersebut, tentu saja sesuai dengan apa yang ia ketahui.
Selain kedua makam Prabu tersebut, ada satu lagi makam yang biasa diziarahi oleh para peziarah, yaitu makam Syekh Ahmad yang letaknya di puncak Gunung Oko yang berada di sebelah areal pemakaman Prabu Dalem Hadi.
Masih menurut keterangan Mang Ablang, makam kedua Prabu tersebut ditemukan pertama kali oleh Abuya Ismail yang berasal dari Cibaliung, Kec. Cipanas. Hanya tak diketahui secara pasti kapan tahun ditemukannya.
Selain makam kedua Prabu, saya melihat banyak makam-makam lain yang tersebar di antara kedua makam utama. Menurut warga sekitar, makam-makam yang tersebar di antara kedua makam utama tersebut adalah makam para prajurit yang ikut gugur dalam peperangan. Itulah alasan mengapa saya menyebut situs ziarah ini dengan Kampung Seribu Makam, karena makam-makam yang ada di areal tersebut tak terhitung banyaknya. kedua makam ini sudah terdaftar sebagai cagar budaya.
Di hari biasa, tempat ini paling ramai dikunjungi pada malam Jumat. Di luar waktu itu, setiap tahunnya ada dua acara besar yang diselenggarakan oleh warga Sajira, yang cukup menarik perhatian banyak peziarah, yaitu acara haul Prabu Dalem Wong Sagati yang diadakan tiap bulan Jumadil Awal dan Ziarah Akbar yang diadakan tiap Kamis terakhir di bulan Sya’ban. Peziarahnya pun tidak hanya berasal dari warga sekitar Sajira, tapi datang dari berbagai kota. “Paling jauh ada peziarah dari Madura,” Mang Ablang menambahkan.
Sebenarnya ada salah seorang warga, sebut saja sesepuh di Kampung Sajira, yang memiliki catatan lebih lengkap mengenai sejarah makam Prabu Dalem Hadi dan Prabu Wong Sagati ini, yaitu KH. Adra’i Santatarip. Namun, catatan tersebut tidak bisa ditunjukkan pada sembarang orang. Beliau biasanya hanya akan menunjukkan catatan tersebut untuk kepentingan penelitian atau kepentingan lain yang dianggap sangat perlu.

10 komentar:

  1. Balasan
    1. maaf ada cerita tentang seorang ulama yg hilang di dlm masjid tersebut ga konon pada zaman penjajahan dlu ada seorang ulama yg hilang di dlm masjid tersebut karena ulama tersebut sangat berpengaruh di daerah tersebut pada zaman penjajahan Belanda

      Hapus
  2. Ana pingin tau sejarah detailnya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Afwan sejarah detailnya tidak bisa dipublikasikan

      Hapus
  3. Bisa minta info lebih, mengenai Prabu Dalem Wong sagati?

    Harus tanya ke siapa?
    Tokoh setempat atau Juru kunci makam

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mangga silaturahim ke makam prabu dalem wong sagatinya nanti setelah disana bisa bertanya pada kuncen atau kalau masih kurang bisa menemui tokos masyarakat disana

      Hapus
  4. Sy ingin mendapat kontak dengan KH adra'i santatarip.mengenai asal usul leluhur saya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Punten baru dibuka lagi karena sebenarnya blog ini saya buat untuk tugas kuliah jadi tidak begitu aktif, kalau mau bertemu beliau saya sarankan langsung silaturahim ke rumah kediaman beliau saja dengan catatan khusus tolong perhatikan sopan santun saat bertamu

      Hapus