Penjarahan prabu dalem wong sagati dapat ditempuh dari terminal Lama Rangkas Naik angkot biru dengan jurusan Pasar Sajira yang
memang merupakan tujuan terakhir setiap angkot yang menuju ke sana.
Jadi, tak perlu takut terlewat.
Perjalanan menuju Sajira ditempuh dengan waktu hampir satu jam, tak perlu riskan dantakut merasa bosan di dalam angkot sajira ini karena
suasana dalam angkot menuju Sajira berbeda sekali dengan
suasana dalam angkot-angkot yang ada di Kota Serang. Para penumpang
angkot menuju Sajira mudah sekali menjalin keakraban meski sesama
peumpang belum saling mengenal sebelumnya. Mereka, yang sebagian besar
memang penduduk asli Sajira begitu ringan bertegur sapa, juga mengajak
dan melibatkan kawan seperjalanan dalam percakapan mereka. Tak heran gelak tawapun sering terdengar antara penumpang ketika angkot
asyik meluncur di atas jalanan menuju Sajira yang bebas dari kemacetan.
Pemandangan hijau yang terhampar di sisi kiri dan kanan jalan juga
cukup membuai, membuat anda tak lagi merasa perlu khawatir dengan cuaca
panas menyengat di luar angkot.
Kampung Seribu Makam
“Kampung seribu makam,” itulah celoteh para pengunjung yang memang sebagian besar datang untuk berziarah ke tempat ini.
Sebelum menuju ke makam Prabu Dalem Wong Sagati, kita juga bisa singgah sebentar ke areal pemakaman Prabu Dalem Hadi.
Menurut Mang Ablang salah satu warga setempat yang juga berjualan di area pemakaman tersebut, yang
sudah berjualan selama kurang lebih 18 tahun di areal situs ziarah
tersebut, jika ditilik dari silsilahnya, Prabu Dalem Hadi dan Prabu
Dalem Wong Sagati masih ada kaitannya dengan Prabu Siliwangi dan Prabu
Kian Santang. Kedua Prabu tersebut jugalah yang dipercaya sebagai
penyebar agama Islam di daerah Sajira.
Menurut Mang Ablang, tidak ada sejarah atau cerita yang bisa
menggambarkan secara pasti mengenai silsilah Prabu Dalem Hadi dan Prabu
Dalem Wong Sagati. “Kalau Neng tanya ke orang yang ada di Sajira, Neng
nggak akan mendapat cerita dengan versi yang sama. Pasti versinya
beda-beda,” terangnya.
Meski mengaku tak mengetahui banyak hal mengenai silsilah Prabu Dalem
Hadi dan Prabu Dalem Sagati, Mang Ablang tampak senang menjawab
beberapa pertanyaan saya seputar sejarah kedua makam tersebut, tentu
saja sesuai dengan apa yang ia ketahui.
Selain kedua makam Prabu tersebut, ada satu lagi makam yang biasa
diziarahi oleh para peziarah, yaitu makam Syekh Ahmad yang letaknya di
puncak Gunung Oko yang berada di sebelah areal pemakaman Prabu Dalem
Hadi.
Masih menurut keterangan Mang Ablang, makam kedua Prabu tersebut
ditemukan pertama kali oleh Abuya Ismail yang berasal dari Cibaliung,
Kec. Cipanas. Hanya tak diketahui secara pasti kapan tahun ditemukannya.
Selain makam kedua Prabu, saya melihat banyak makam-makam lain yang
tersebar di antara kedua makam utama. Menurut warga sekitar, makam-makam
yang tersebar di antara kedua makam utama tersebut adalah makam para
prajurit yang ikut gugur dalam peperangan. Itulah alasan mengapa saya
menyebut situs ziarah ini dengan Kampung Seribu Makam, karena
makam-makam yang ada di areal tersebut tak terhitung banyaknya. kedua makam ini sudah terdaftar sebagai cagar budaya.
Di hari biasa, tempat ini paling ramai dikunjungi pada malam Jumat.
Di luar waktu itu, setiap tahunnya ada dua acara besar yang
diselenggarakan oleh warga Sajira, yang cukup menarik perhatian banyak
peziarah, yaitu acara haul Prabu Dalem Wong Sagati yang diadakan tiap
bulan Jumadil Awal dan Ziarah Akbar yang diadakan tiap Kamis terakhir di
bulan Sya’ban. Peziarahnya pun tidak hanya berasal dari warga sekitar
Sajira, tapi datang dari berbagai kota. “Paling jauh ada peziarah dari
Madura,” Mang Ablang menambahkan.
Sebenarnya ada salah seorang warga, sebut saja sesepuh di Kampung
Sajira, yang memiliki catatan lebih lengkap mengenai sejarah makam Prabu
Dalem Hadi dan Prabu Wong Sagati ini, yaitu KH. Adra’i Santatarip. Namun, catatan tersebut tidak bisa ditunjukkan pada sembarang
orang. Beliau biasanya hanya akan menunjukkan catatan tersebut untuk
kepentingan penelitian atau kepentingan lain yang dianggap sangat perlu.
Terima kasih neng ullu
BalasHapusTerima kasih neng ullu
BalasHapusSami-sami kadang dedi
Hapusmaaf ada cerita tentang seorang ulama yg hilang di dlm masjid tersebut ga konon pada zaman penjajahan dlu ada seorang ulama yg hilang di dlm masjid tersebut karena ulama tersebut sangat berpengaruh di daerah tersebut pada zaman penjajahan Belanda
HapusAna pingin tau sejarah detailnya..
BalasHapusAfwan sejarah detailnya tidak bisa dipublikasikan
HapusBisa minta info lebih, mengenai Prabu Dalem Wong sagati?
BalasHapusHarus tanya ke siapa?
Tokoh setempat atau Juru kunci makam
Mangga silaturahim ke makam prabu dalem wong sagatinya nanti setelah disana bisa bertanya pada kuncen atau kalau masih kurang bisa menemui tokos masyarakat disana
HapusSy ingin mendapat kontak dengan KH adra'i santatarip.mengenai asal usul leluhur saya
BalasHapusPunten baru dibuka lagi karena sebenarnya blog ini saya buat untuk tugas kuliah jadi tidak begitu aktif, kalau mau bertemu beliau saya sarankan langsung silaturahim ke rumah kediaman beliau saja dengan catatan khusus tolong perhatikan sopan santun saat bertamu
Hapus